Langsung ke konten utama

Featured Post

Merdeka?

Sudah 79 tahun Indonesia berdiri sebagai negara yang berdaulat setelah bapak proklamator menyatakan kemerdekaan negeri ini. Teriring doa untuk segenap pahlawan yang telah gugur memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari penjajah, hingga tepatnya 17 Agustus 1945, pukul 10.00 WIB di Jl. Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat. Sejak saat itulah Indonesia mulai diakui sebagai negara yang berdaulat. Merdeka.! 79 tahun sudah berlalu.. Namun, apakah kita benar-benar sudah merdeka? Faktanya.. Dewasa ini, kita masih "berperang" melawan berbagai permasalahan dan "penyakit" yang menjalar dalam tubuh bangsa. Masalah tersebut kian menghantui negeri ini menyongsong Indonesia Emas 2045. Apa saja?  Katakanlah, kemiskinan , judi online , dan narkotika di antaranya. *KEMISKINAN Menurut data Bank Dunia, pada tahun lalu, 9,36 % populasi Indonesia masih hidup di bawah ambang batas kemiskinan. (1) *JUDI ONLINE Menurut data PPATK, nilai transaksi perjudian di Indonesia mencapai Rp327 T. Sekit...

Kaya Tanpa Batas

First of all let's thanks to Allah   ﷻ 

Kali ini saya terinspirasi dari sebuah buku yang berjudul Golden Manners karya Brilly El-Rasheed. Artikel ini masih berkaitan dengan artikel sebelumnya yaitu Be Patient and Be Grateful tepatnya tentang kesabaran. Setelah beberapa minggu selesai saya baca, banyak pengetahuan baru yang sangat bermanfaat. Saya merekomendasikan buku ini kepada kamu, untuk dibaca. Ini adalah salah satu buku ilmiah populer, juga sebagai upaya merealisasikan ajaran-ajaran Rasulullah dalam kehidupan modern ini. Jazakallahu khairan untuk penulis, atas buku yang menginspirasi ini. Mari kita simak review salah satu subjudul dalam buku ini.


TIDAK ADA satupun manusia yang tidak ingin kaya. Manusia dunia maupun manusia akhirat. Hanya saja, kaya bagi pecinta dunia adalah kaya harta semata, sementara kaya bagi perindu akhirat adalah kaya hati dan kaya pahala. Ketika sabar telah bersemayam dalam singgasana hati, itulah kekayaan hakiki. Begitu berharganya kesabaran, sampai Rasulullah menilainya sebagai karunia terbaik. “Tiada satupun orang yang diberi karunia, lebih baik dan tidak pula lebih luas daripada kesabaran.”1


Dunia dan seisinya tidak lebih bernilai dari pada kesabaran. Bersabar untuk bisa rutin shalat qablliyah subuh, sabar dalam berusaha mendapatkan atau mendidik istri hingga menjadi shalihah dan berakhlak mulia, serta sabar berjihad meski sekadar mempersiapkan  tabut cemeti atau pedang adalah tiga bukti aplikatif nilai sabar yang lebih baik dari dunia seisinya. Mengapa bisa demikian? Karena kesabaran adalah asset pahala paling menjanjikan. Allah menegaskan, “Sesungguhnya hanyalah orang-orang yang bersabar-lah yang dicukupkan pahala merekatanpa batas.” (Az-Zumar [39]: 10)


Kekayaan macam apalagi yang lebih besar dan berharga disbanding pahala tanpa batas? Pahala tanpa batas adalah wujud rahmah Allah. Dan sungguh, rahmah Allah diberikan kepada siapa saja yang dikehendaki, dan rahmah-Nya lebih baik dari segala apa yang kita kumpulkan. Rasulullah juga pernah mengungkapkan rahasia mengapa kesabaran sangat diperintahkan. “Jika dia bersabar dia akan melihat hal-hal yang menakjubkan.2


Beraneka balasan spesial bagi orang-orang yang sabar juga telah dipersiapkan semenjak awal. Allah dalam Al-Baqarah [2]: 155-157 memberikan kabar gembira bagi mereka berupa keberkahan hidup yang sempurna, rahmah Allah, dan petunjuk darinya. Allah menjanjikan untuk selalu bersama orang-orang yang bersabar, sebagaimana dalam Al-Anfal [8]: 46. Dengan sabar ditambah keyakinan yang kokoh terhadap ayat-ayat Allah, memberikan jaminan pasti dijadikan Allah sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Allah, ini Allah nyatakan dalam As-Sajdah [32]: 24.


Penghujung kehidupan, dihari pembalasan, orang-orang yang setia bersabar, karena Allah, akan Allah sematkan predikat pemenang sejati, “Sesungguhnya Aku memberi balasan mereka dihari ini, karena kesabaran mereka. Sesungguhnya mereka adalah para pemenang.” (Al-Mukminun [23]: 111)


Semua ingin menjadi pemenang, tidak ada satupun orang yang mau rugi, berharap selalu untung, dan mendapat pertolongan, sementara sikap seorang mukmin, berusaha menggapai pertolongan Allah. Kita hanya bisa menjadi pemenang dan beruntung, tatkala Allah memberikan pertolongannya. Rahasianya lagi-lagi dengan kesabaran. “Wahai orang-orang yang beriman, bersabarlah kalian, dan kuatkanlah kesabaran kalian, serta tetaplah bersiap siaga (di perbatasan negeri kalian dimasa jihad) dan bertakwalah kepada Allah, niscaya kalian beruntung.” (Ali ‘imran[3]: 200)


Rasulullah menjelaskan, bahwa kesabaran yang menjadi kunci kemenangan dan pertolongan dari Allah, “Sessungguhnya kemenangan/pertolongan itu bersama dengan adanya kesabaran.3 Jihad tanpa kesabaran, hanya akan membuahkan kekalahan. Kita bisa mengambil ibrah (pelajaran) dari pengalaman kaum Muslimin dalam perang Uhud dan Hunain, yang jika ditelisik, adalah akibat hilangnya kesabaran. Tidak terbatas jihad, tapi disemua fragmen kehidupan. Karenanya Allah memerintahkan kita untuk memohon pertolongan-Nya dengan sabar dan istiqamah menegakkan shalat, “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolong kalian. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh sangat berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.  (Al-Baqarah [2]: 45)


1.   Shahih Muslim no. 1745; Shahih Al-Bukhari no. 1338.

2.   Shahih Muslim no. 172/2380.  

3.   Shahih Sunan Ibnu Majah no. 226.


#kayatanpabatas

#bepatient

Komentar